<p>Di jantung tradisi Yahudi, Yom Kippur adalah hari paling kudus. Hanya pada hari inilah Imam Besar (Kohen Gadol) diizinkan memasuki <em>Ruang Mahakudus</em> (Kodesh Hakodashim), membawa darah korban untuk menebus dosa seluruh Israel.</p>
<p>Malam sebelum Yom Kippur, sang Imam tidak tidur. Ia dijaga, diawasi, dan dipersiapkan dengan khidmat. Ini bukan malam biasa—ini adalah malam antara kehidupan dan kematian, antara manusia dan Allah.</p>
<blockquote>
<strong>Mishnah Yoma 1:6</strong>:
“Jika dia ingin tidur, para pemuda dari para imam akan memukul tanah di hadapannya dan berkata: 'Tuanku Imam Besar, berdirilah dan dinginkan dirimu dengan satu kaki agar engkau tidak tertidur.'”
</blockquote>
<p>Sekarang, arahkan pandangan kita ke Getsemani—sebuah taman yang sunyi di bawah langit Yerusalem. Di sana, Yesus Kristus, Sang Anak Allah, juga berjaga. Tapi bukan sekadar berjaga—Dia menggigil, berlutut, berdoa, dan bergumul.</p>
<blockquote>
<strong>Lukas 22:44</strong>:
“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.”
</blockquote>
<p>Di sinilah sinkronisasi surgawi terjadi. Seperti Imam Besar yang berjaga sebelum memasuki Tempat Mahakudus, Yesus berjaga sebelum Ia menyerahkan diri di salib. Tapi kali ini, bukan darah binatang yang dibawa—melainkan darah-Nya sendiri, darah perjanjian kekal.</p>
<h3>Yesus: Imam Besar Kekal</h3>
<p>Penulis surat kepada orang Ibrani mengungkapkan kebenaran ini dengan jelas:</p>
<blockquote>
<strong>Ibrani 9:12</strong>:
“...bukan dengan darah domba jantan dan anak lembu, tetapi dengan darah-Nya sendiri Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat kudus dan telah memperoleh kelepasan yang kekal.”
</blockquote>
<p>Yesus adalah penggenapan dari segala bayangan Yom Kippur. Ia bukan hanya Imam Besar—Ia juga adalah korban. Ia tidak hanya mewakili manusia di hadapan Allah—Ia menjadi jalan antara keduanya.</p>
<blockquote>
<strong>Ibrani 4:14</strong>:
“Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, marilah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.”
</blockquote>
<h3>Kontras yang Menyayat: Murid Tertidur, Imam Dijaga</h3>
<p>Di Getsemani, murid-murid-Nya tertidur:</p>
<blockquote>
<strong>Matius 26:40</strong>:
“Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?”
</blockquote>
<p>Betapa kontras dengan para imam muda yang menjaga Kohen Gadol agar tetap sadar sepanjang malam (Yoma 1:6, Talmud Yoma 19b). Tapi Yesus tetap berjaga—sendiri, dalam kegelapan malam, menanggung beban dunia.</p>
<h3>Puncaknya di Salib</h3>
<p>Yesus melangkah keluar dari taman itu seperti Imam Besar memasuki Ruang Mahakudus. Tapi kali ini, Ia tidak membawa dupa dan darah lembu—Ia membawa tubuh-Nya sendiri ke atas kayu salib.</p>
<blockquote>
<strong>Ibrani 9:24-26</strong>:
“...Kristus bukan masuk ke tempat kudus buatan tangan manusia... tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita... satu kali untuk selama-lamanya, oleh korban-Nya sendiri.”
</blockquote>
<h3>Kesimpulan: Getsemani adalah Bayang-bayang Yom Kippur yang Digenapi</h3>
<p>Imam Besar dahulu masuk ke tempat kudus dengan darah binatang. Yesus masuk ke sorga dengan darah-Nya sendiri. Imam Besar dahulu dijaga agar tidak tertidur. Yesus berjaga sendiri sementara murid-murid tertidur. Semua bayangan, semua ritual, semua simbol—digenapi dalam satu malam di Getsemani dan satu korban di salib.</p>
<p><strong>Inilah misteri besar yang kini terungkap:</strong> Yesus Kristus adalah Imam Besar kita yang kekal, dan pengorbanan-Nya adalah Yom Kippur yang sejati, bukan hanya bagi Israel, tetapi bagi dunia.</p>