Langsung ke konten utama

Bahtera Nuh : Ironi "Manusia Raksasa" (Kejadian 6-7)

Kisah Bahtera Nabi Nuh : Kesempatan Yang Terbuang

Kisah air bah di zaman Nuh meninggalkan berbagai ironi kehidupan yang bisa kita ambil hikmahnya sebagai pelajaran di zaman ini. Salah satu ironi yang paling "menggelikan" adalah kisah penyelamatan binatang-binatang yang layak masuk ke bahtera Nuh sedangkan manusia-manusia lain selain keluarga Nuh tidak terselamatkan dari banjir besar.
Lalu apakah TUHAN Allah tidak memberikan kesempatan kepada mahluk-mahluk raksasa dan orang-orang sezaman Nuh yang gemar melakukan kekerasan? Jawaban pastinya adalah TIDAK !

TUHAN bahkan memberikan kesempatan kurang lebih 100-120 tahun kepada orang-orang sezaman Nuh untuk bertobat ! Tetapi kesempatan emas yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang tersebut disambut oleh orang-orang sezaman Nuh untuk memperbaiki diri mereka. Bahkan setelah Nuh menyelesaikan bahtera yang dibuatnya, 7 hari lamanya kesempatan diberikan kepada orang-orang sezaman Nuh untuk merespon panggilan TUHAN. TUHAN Allah tidak serta merta menyapu manusia pada zaman tersebut dengan tsunami, tetapi dengan hujan yang artinya sedikit demi sedikit, setahap demi setahap, TUHAN memperingatkan orang-orang purba di zaman tersebut.

Kesempatan yang terbuang pastilah membuat sang Pencipta berduka. Perasaan TUHAN yang teriris dipenuhi penyesalan tidak bisa menyurutkan murkaNya kepada umat pada zaman purbakala tersebut. Jika TUHAN tidak membinasakan orang-orang jahat pada zaman tersebut, maka mungkin tidak ada seorang pun yang tertinggal baik dan mendapatkan kasih karunia di mata TUHAN Allah. Karena cintaNya kepada umatNya, yaitu kita di zaman ini, maka Allah harus "tega" melepaskan air bah yang dikerjakan secara bertahap melalui turunnya air hujan yang memenuhi muka bumi.
Kenapa saya bilang karena cintaNya kepada kita? Karena jika Nuh dan keluarga terseret dalam kekerasan ataupun terbunuh di zaman tersebut, tidak ada satu orang pun di antara umat manusia yang layak meneruskan keturunan Mesianik.

Tidak ada ketokohan Abraham sebagai keturunan Nuh yang berasal dari anaknya Sem yang terlahir di muka bumi. Tidak ada Ishak, tidak ada Yakub, tidak ada Yusuf ataupun Yehuda, tidak ada Musa yang membawa umat Israel keluar dari Mesir, tidak ada kepahlawanan Daud dan ujung-ujungnya, tidak ada Yesus yang akan menebus umat manusia, terutama menebus kita.

Jika seandainya orang-orang sezaman Nuh merespon akan panggilan Allah dengan membantu Nuh, bisakah anda bayangkan betapa besar, lebar dan tingginya bahtera yang akan dihasilkan?
Mereka tidak mencoba berpikir untuk "melunakkan" hati TUHAN seperti yang dilakukan orang Niniweh (meskipun zaman yang berbeda). Jika bahtera yang dihasilkan lebih besar, maka orang-orang yang bisa ditampung akan lebih banyak jumlahnya. Tentunya kesempatan demi kesempatan, tahun demi tahun penantian tersebut akan berakhir, dan ironis sekali, hanya keluarga nabi Nuh dan hewan-hewan yang diselamatkan dari bencana bah.

Di zaman ini, tidak jauh berbeda dengan zaman Nuh. Raksasa-raksasa, orang-orang kenamaan muncul di dunia ini. Orang-orang dengan kepintaran tinggi, genius, sombong, kaya hadir mewarnai dunia ini. Mereka mengira dengan kekuatan mereka, mereka bisa bertarung dengan TUHAN? Kita bisa lihat buktinya saat ini, Jepang, negara yang dipenuhi manusia-manusia jenius yang mampu membuat teknologi early warning system terhadap tsunami juga harus dikalahkan oleh tsunami. Bahkan para orang pintar di negeri Sakura ini tidak mampu untuk menjinakkan reaktor nuklir yang mereka buat sendiri.

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Cina dan beberapa negara lainnya juga kelabakan ketika bencana datang. Dengan kecerdasannya, manusia akan semakin sombong dan melupakan TUHAN.
Orang-orang kecil yang ingin mencari TUHAN dikucilkan. Nilai-nilai luhur moralitas keTUHANan dilecehkan dengan berbagai macam cara. Mulai dengan pengubahan konstitusi, peracunan melalui media, pola hidup hedonis, para raksasa mengucilkan umat TUHAN. Orang yang ke gereja dianggap sok suci, orang yang berkomitmen kepada TUHAN diejek bahkan dipenjarakan.

Di zamannya, Nuh memang dianggap tidak waras, Keluarganya harus membanting tulang untuk mewujudkan kehendak TUHAN. Tidak jarang mereka diejek bahkan penggagalan pembuatan bahtera dilakukan. Tetapi karena kesetiaannya dan ketekadannya karena hidup tidak bercela, hidup benar dan bergaul bersama TUHANlah, Nuh bisa menyelesaikan bahteranya pada umurnya yang menginjak 600 tahun.

Penantiannya tidak sia-sia. Raksasa-raksasa yang jago dalam hal kekerasan dikalahkan oleh air bah. Mereka lebih rendah nilainya dibandingkan dengan hewan-hewan yang diselamatkan di bahtera Nuh. Pelajaran dari kisah ini hendaknya bisa mengajar kita untuk tidak sombong, terutama terhadap sang Pencipta. Jangan sampai kesempatan demi kesempatan yang diberikan kepada TUHAN dilewatkan begitu saja, bahkan menganggap remeh panggilan TUHAN yang dimulai dengan pertobatan.

"Jangan sampai saking raksasanya kita, ukuran sorga tidak muat untuk kita !"

FAKTA Ukuran Bahtera Nuh:

Panjang = 300 hasta X 45 Cm = 13.500 cm/100 = 135 meter
Lebar = 50 hasta X 45 cm = 2.250 cm/100 = 22.5 meter
Tinggi = 30 hasta X 45 cm = 1.350 cm/100 = 13.5 meter

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Dibaptis 2x ? (Roma 6:3-5)

Doktrin : Baptisan Pertanyaan apakah boleh seorang kristen dibaptis 2x (dua kali) itu hampir sama dengan apakah seorang pengikut Kristus boleh merokok atau tidak? Sama-sama tidak dijelaskan eksplisit dan terang2an, tetapi kita tahu bahwa Tuhan menjanjikan bahwa tidak ada satupun perkara yang tidak TUHAN nyatakan (Lukas 12:2), apalagi orang yang sungguh hati mencari dia. Untuk itulah, hikmat dibutuhkan untuk mencari tahu jawaban masalah ini. Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan boleh atau tidaknya dibaptis 2x, kita harus terlebih dahulu untuk benar-benar mengerti makna baptisan. Jika anda pada saat ini saja belum memahami arti dan makna baptisan, maka terlebih dahulu anda harus mengerti tentang baptisan itu sendiri, terlebih lagi pentingnya baptisan bagi orang Kristen. Bagi setiap orang Kristen sesuai dengan Alkitab, saat dibaptis, bukan persoalan ritual belaka yang dikedepankan. Bukan juga hanya pada tatanan meminta hati nurani yang suci (1 Petrus 3:21), tetapi terlebih penting da...

Ditampar Pipi Kanan, Berikan Pipi Kiri (Matius 5:39)

Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. (Matius 5:38-39) Salah satu ayat paling terkenal yang sering dikutip di Alkitab adalah ayat mengenai "ditampar pipi kanan, berikan pipi kiri". Sewaktu saya belum kenal Kristus, bagi saya, ayat ini merupakan sebuah tindakan bodoh, lemah dan tidak logis. Bagaimana tidak? Seorang manusia pada dasarnya sebagai manusia mempunyai naluri untuk membalas kejahatan, mereka menginginkan keadilan. Apalagi kalau memang dirinya tidak bersalah, dia harus membela haknya. Melepaskan orang yang melakukan kezaliman terhadap kita saja itu adalah sesuatu kekonyolan, apalagi MENAWARKAN dengan SUKARELA hak kita yang lain, itu suatu kemustahilan ! Mari kita periksa hati kita saudara-saudara ! Kita menuntut keadilan atas hak kita dengan dasar apa? Seringkali kita mengi...

Perumpamaan Mendirikan Menara (Lukas 14:28-30)

Saudara-saudara, percaya TUHAN YESUS saja tidak cukup, tapi mengikuti TUHAN YESUS adalah keharusan. Membaca di Injil Lukas 14:25 sampai selesai kita akan mengerti tentang kebenaran ini. Di kisah itu diceritakan ketika TUHAN YESUS melihat bahwa berduyun-duyun orang mengikuti Dia (Lukas 14:25), maka saatnyalah TUHAN YESUS menyelidiki motivasi hati mereka mengikuti Dia. Beliau tidak mau lagi ada orang-orang yang mengikuti Dia dengan motivasi ingin melihat mukjizatNya saja, atau bahkan hanya menikmati roti yang pernah Dia berikan kepada 5000 ribu di perjalanan hidupNya sebelumnya. Sudah saatnyalah Dia memberikan garis jelas bagaimana seharusnya mengikuti Dia. Begitu juga halnya yang Ia ingin tantang kepada murid-muridNya yang telah sekian lama mengikuti Dia. Dengan 2 perumpamaan yang tidak asing di mata orang Yahudi Dia memberikan gambaran sebagaimana orang-orang tersebut merespon panggilanNya. Dia tidak ingin meninabobokkan orang-orang banyak karena Dia sadar bahwa waktuNya di muka bumi ...