Mayoritas, ibu-ibu di dunia pada umumnya menyayangi anak-anaknya. Bahkan sangat sayang, bahkan ada yang rela mati demi anaknya. Di dalam peperangan dan bencana alam, kita bisa mendapatkan kesaksian tentang ibu yang mati karena melindungi anaknya, sang ibu mendekap anaknya erat-erat sehingga anaknya tidak mengalami luka.
Ironisnya, di zaman ini, tidak sedikit juga ibu-ibu yang membunuh anaknya karena kesal anaknya bandel. Ada pula yang bahkan melahirkan anaknya untuk dijual demi mendapatkan uang. Bahkan ada yang menggoreng dan merebus anaknya demi mempertahankan hidupnya sendiri. Di Alkitab, di zaman raja Yoram saat pelayanan nabi Elisa , cerita miris tersebut muncul.
Ada pula kejadian di mana "kasih seorang ibu" dinyatakan dengan mengajak anak-anaknya bunuh diri. Dalihnya adalah supaya anak-anaknya tidak menderita di dunia karena kemiskinan. Beberapa contoh-contoh di atas jelas mematahkan pepatah-pepatah yang menganggap kasih seorang ibu adalah KASIH PALING BESAR.
Adalah pepatah "KASIH IBU SEPANJANG MASA" adalah ungkapan daripada hati seorang anak yang begitu mengagungkan sosok seorang ibu yang menurut pengalamannya memang begitu. Tetapi kita juga bisa mendapatkan kenyataan bahwa bukan hanya "ibu manusia" yang melakukan hal seperti itu. Singa betina, anjing betina, kera betina pun bisa mempunyai kasih semacam itu.
Seekor monyet di India rela menerobos lalu lintas yang padat demi menyelamatkan anaknya dari lindasan motor pengguna jalan.Bahkan hewan pun bisa merapati kematian anaknya. Kasih di atas adalah kasih berdasarkan naluri. Kasih naluri muncul daripada perasaan kepemilikan yang sangat besar dan teramat besar karena si anak adalah DARAH DAGINGNYA. Jika kebablasan karena sifat POSESIF dan takut kehilangan, tidak jarang ada kasus incest. Di zaman ROMAWI kuno, kasus-kasus semacam itu muncul. Di dunia baratpun demikian.
Kasih yang didasarkan pada naluri pada kenyataannya tidak sejati dan tidak sempurna, dan kasih semacam itu ada batasannya! BENAR TIDAKNYA cerita Malin Kundang memperlihatkan batasan kasih seorang ibu di dunia. Kasih tersebut akan berhenti bahkan berakhir menjadi kebenciaan.
Kekecawaan mendalam akan memisahkan kasih naluri dari seorang ibu terhadap anaknya. Peristiwa-peristiwa yang menyakitkan yang terakumulasi akan menghasilkan kepahitan terhadap anaknya. Pengharapan yang terlalu tinggi tetapi tidak tercapai akan menjadi pemacu kekecawaan kepada sang anak.
Ada pula kenyataan lain di mana kasih naluri seorang ibu akan melahirkan sebuah PEMBELAAN BUTA kepada sang anak dalam sebuah kejadian. Kejadian seperti ini kerap saya alami pada saat kecil. Ketika saya berkelahi dengan orang lain, SALAH atau TIDAK, mama saya MEMBELA MATI-MATIAN tanpa ingin tahu duduk perkaranya.
Beberapa contoh positif dan negatif cerita naluriah seorang ibu kepada anak di atas menunjukkan bahwa kasih naluri bukanlah kasih sejati. Naluri adalah sifat alamiah mahluk hidup di dalam mengambil keputusan yang bukan di dasarkan pada akal budi / logika, tetapi oleh karena tindakan membela diri, mempertahankan miliknya (diri dan keturunan), menjauhkan diri dari bahaya, dll.
Kasih sejati akan lahir daripada sebuah pengertian, bukan membabi buta. Kasih terbesar tidak bisa kita dapatkan dari manusia. Kasih sejati akan didapatkan dari Allah.
"Kasih seorang ibu adalah sementara, tidak sepanjang masa. Kasih paling besar berasal dari Bapa di sorga yang merelakan AnakNya yang tunggal untuk keselamatan dunia ini (YOH 3:16), Tetapi kasih yang paling besar yang bisa "dihasilkan" manusia adalah mati untuk sahabatnya (YOH 15:13)."
Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Yoh 15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.