Langsung ke konten utama

Kasih Sejati vs Kasih Naluri

"Surga Ada di Telapak Kaki Ibu !", "Kasih Ibu Sepanjang Masa" ... banyak orang yang meyakininya sebagai sebuah KEBENARAN MUTLAK. Pepatah itu tidak sepenuhnya salah, tetapi bukan kebenaran sejati.

Mayoritas, ibu-ibu di dunia pada umumnya menyayangi anak-anaknya. Bahkan sangat sayang, bahkan ada yang rela mati demi anaknya. Di dalam peperangan dan bencana alam, kita bisa mendapatkan kesaksian tentang ibu yang mati karena melindungi anaknya, sang ibu mendekap anaknya erat-erat sehingga anaknya tidak mengalami luka.

Ironisnya, di zaman ini, tidak sedikit juga ibu-ibu yang membunuh anaknya karena kesal anaknya bandel. Ada pula yang bahkan melahirkan anaknya untuk dijual demi mendapatkan uang. Bahkan ada yang menggoreng dan merebus anaknya demi mempertahankan hidupnya sendiri. Di Alkitab, di zaman raja Yoram saat pelayanan nabi Elisa , cerita miris tersebut muncul.

Ada pula kejadian di mana "kasih seorang ibu" dinyatakan dengan mengajak anak-anaknya bunuh diri. Dalihnya adalah supaya anak-anaknya tidak menderita di dunia karena kemiskinan. Beberapa contoh-contoh di atas jelas mematahkan pepatah-pepatah yang menganggap kasih seorang ibu adalah KASIH PALING BESAR.

Adalah pepatah "KASIH IBU SEPANJANG MASA" adalah ungkapan daripada hati seorang anak yang begitu mengagungkan sosok seorang ibu yang menurut pengalamannya memang begitu. Tetapi kita juga bisa mendapatkan kenyataan bahwa bukan hanya "ibu manusia" yang melakukan hal seperti itu. Singa betina, anjing betina, kera betina pun bisa mempunyai kasih semacam itu.

Seekor monyet di India rela menerobos lalu lintas yang padat demi menyelamatkan anaknya dari lindasan motor pengguna jalan.Bahkan hewan pun bisa merapati kematian anaknya. Kasih di atas adalah kasih berdasarkan naluri. Kasih naluri muncul daripada perasaan kepemilikan yang sangat besar dan teramat besar karena si anak adalah DARAH DAGINGNYA. Jika kebablasan karena sifat POSESIF dan takut kehilangan, tidak jarang ada kasus incest. Di zaman ROMAWI kuno, kasus-kasus semacam itu muncul. Di dunia baratpun demikian.

Kasih yang didasarkan pada naluri pada kenyataannya tidak sejati dan tidak sempurna, dan kasih semacam itu ada batasannya! BENAR TIDAKNYA cerita Malin Kundang memperlihatkan batasan kasih seorang ibu di dunia. Kasih tersebut akan berhenti bahkan berakhir menjadi kebenciaan.

Kekecawaan mendalam akan memisahkan kasih naluri dari seorang ibu terhadap anaknya. Peristiwa-peristiwa yang menyakitkan yang terakumulasi akan menghasilkan kepahitan terhadap anaknya. Pengharapan yang terlalu tinggi tetapi tidak tercapai akan menjadi pemacu kekecawaan kepada sang anak.

Ada pula kenyataan lain di mana kasih naluri seorang ibu akan melahirkan sebuah PEMBELAAN BUTA kepada sang anak dalam sebuah kejadian. Kejadian seperti ini kerap saya alami pada saat kecil. Ketika saya berkelahi dengan orang lain, SALAH atau TIDAK, mama saya MEMBELA MATI-MATIAN tanpa ingin tahu duduk perkaranya.

Beberapa contoh positif dan negatif cerita naluriah seorang ibu kepada anak di atas menunjukkan bahwa kasih naluri bukanlah kasih sejati. Naluri adalah sifat alamiah mahluk hidup di dalam mengambil keputusan yang bukan di dasarkan pada akal budi / logika, tetapi oleh karena tindakan membela diri, mempertahankan miliknya (diri dan keturunan), menjauhkan diri dari bahaya, dll.

Kasih sejati akan lahir daripada sebuah pengertian, bukan membabi buta. Kasih terbesar tidak bisa kita dapatkan dari manusia. Kasih sejati akan didapatkan dari Allah.


"Kasih seorang ibu adalah sementara, tidak sepanjang masa. Kasih paling besar berasal dari Bapa di sorga yang merelakan AnakNya yang tunggal untuk keselamatan dunia ini (YOH 3:16), Tetapi kasih yang paling besar yang bisa "dihasilkan" manusia adalah mati untuk sahabatnya (YOH 15:13)."



Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Yoh 15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Dibaptis 2x ? (Roma 6:3-5)

Doktrin : Baptisan Pertanyaan apakah boleh seorang kristen dibaptis 2x (dua kali) itu hampir sama dengan apakah seorang pengikut Kristus boleh merokok atau tidak? Sama-sama tidak dijelaskan eksplisit dan terang2an, tetapi kita tahu bahwa Tuhan menjanjikan bahwa tidak ada satupun perkara yang tidak TUHAN nyatakan (Lukas 12:2), apalagi orang yang sungguh hati mencari dia. Untuk itulah, hikmat dibutuhkan untuk mencari tahu jawaban masalah ini. Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan boleh atau tidaknya dibaptis 2x, kita harus terlebih dahulu untuk benar-benar mengerti makna baptisan. Jika anda pada saat ini saja belum memahami arti dan makna baptisan, maka terlebih dahulu anda harus mengerti tentang baptisan itu sendiri, terlebih lagi pentingnya baptisan bagi orang Kristen. Bagi setiap orang Kristen sesuai dengan Alkitab, saat dibaptis, bukan persoalan ritual belaka yang dikedepankan. Bukan juga hanya pada tatanan meminta hati nurani yang suci (1 Petrus 3:21), tetapi terlebih penting da...

Ditampar Pipi Kanan, Berikan Pipi Kiri (Matius 5:39)

Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. (Matius 5:38-39) Salah satu ayat paling terkenal yang sering dikutip di Alkitab adalah ayat mengenai "ditampar pipi kanan, berikan pipi kiri". Sewaktu saya belum kenal Kristus, bagi saya, ayat ini merupakan sebuah tindakan bodoh, lemah dan tidak logis. Bagaimana tidak? Seorang manusia pada dasarnya sebagai manusia mempunyai naluri untuk membalas kejahatan, mereka menginginkan keadilan. Apalagi kalau memang dirinya tidak bersalah, dia harus membela haknya. Melepaskan orang yang melakukan kezaliman terhadap kita saja itu adalah sesuatu kekonyolan, apalagi MENAWARKAN dengan SUKARELA hak kita yang lain, itu suatu kemustahilan ! Mari kita periksa hati kita saudara-saudara ! Kita menuntut keadilan atas hak kita dengan dasar apa? Seringkali kita mengi...

Perumpamaan Mendirikan Menara (Lukas 14:28-30)

Saudara-saudara, percaya TUHAN YESUS saja tidak cukup, tapi mengikuti TUHAN YESUS adalah keharusan. Membaca di Injil Lukas 14:25 sampai selesai kita akan mengerti tentang kebenaran ini. Di kisah itu diceritakan ketika TUHAN YESUS melihat bahwa berduyun-duyun orang mengikuti Dia (Lukas 14:25), maka saatnyalah TUHAN YESUS menyelidiki motivasi hati mereka mengikuti Dia. Beliau tidak mau lagi ada orang-orang yang mengikuti Dia dengan motivasi ingin melihat mukjizatNya saja, atau bahkan hanya menikmati roti yang pernah Dia berikan kepada 5000 ribu di perjalanan hidupNya sebelumnya. Sudah saatnyalah Dia memberikan garis jelas bagaimana seharusnya mengikuti Dia. Begitu juga halnya yang Ia ingin tantang kepada murid-muridNya yang telah sekian lama mengikuti Dia. Dengan 2 perumpamaan yang tidak asing di mata orang Yahudi Dia memberikan gambaran sebagaimana orang-orang tersebut merespon panggilanNya. Dia tidak ingin meninabobokkan orang-orang banyak karena Dia sadar bahwa waktuNya di muka bumi ...