Di kisah itu diceritakan ketika TUHAN YESUS melihat bahwa berduyun-duyun orang mengikuti Dia (Lukas 14:25), maka saatnyalah TUHAN YESUS menyelidiki motivasi hati mereka mengikuti Dia. Beliau tidak mau lagi ada orang-orang yang mengikuti Dia dengan motivasi ingin melihat mukjizatNya saja, atau bahkan hanya menikmati roti yang pernah Dia berikan kepada 5000 ribu di perjalanan hidupNya sebelumnya.
Sudah saatnyalah Dia memberikan garis jelas bagaimana seharusnya mengikuti Dia. Begitu juga halnya yang Ia ingin tantang kepada murid-muridNya yang telah sekian lama mengikuti Dia. Dengan 2 perumpamaan yang tidak asing di mata orang Yahudi Dia memberikan gambaran sebagaimana orang-orang tersebut merespon panggilanNya. Dia tidak ingin meninabobokkan orang-orang banyak karena Dia sadar bahwa waktuNya di muka bumi tidak banyak. Adalah keharusan bagi seorang pemimpin terutama pemimpin di gereja juga menyatakan apa yang seharusnya dikatakannya. Jangan meninabobokkan jemaat dengan khotbah-khotbah yang indah saja. Selain kasih, kebenaran juga harus disampaikan.
Apapun resiko atau konsekuensi dari statement pemimpin, asalkan itu Alkitabiah dan timingnya tepat, maka tidak ada pilihan lain kebenaran FIRMAN TUHAN harus dinyatakan. Dari sanalah kita bisa mengukur motivasi jemaat yang datang ke gereja. Pemimpin yang hanya mengkhotbahkan berkat semata pada satu titik tertentu berhadapan dengan TUHAN sendiri !
Jikalau ada jemaat yang tidak senang atau konsekuensi terburuk adalah mereka meninggalkan gereja, itu adalah sebuah resiko. Tetapi anda pada suatu saat bisa mensyukurinya ketika menyadari bahwa dengan keputusan anda, anda mendapatkan jemaat-jemaat yang masih setia. Seperti halnya Gideon, di dalam peperangan, banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih untuk menggenapi misi mengalahkan orang Midian yang jumlahnya banyak.
Yesus pun demikian, Dia tidak mulai membangun Kerajaan Allah di muka bumi dengan ratusan orang atau bahkan ribuan orang. Dia memulai dengan 12 orang. Yang penting di sini adalah komitmen dari tim 12 itu, tetapi akhirnya kita tahu bukan hasilnya sampai sekarang? Betapa spektakulernya hasil karya pelayanan Yesus Kristus?
Ketika Yesus melontarkan perumpamaan mengikuti Dia itu ibarat mendirikan menara, perumpamaan tersebut tidaklah asing untuk orang-orang Israel saat itu, terutama bagi para tukang bangunan yang jadi audiencenya.
Tetapi bukan berarti, audience yang bukan tukang bangunan atau ahli bangunan tidak bisa membayangkan perumpamaan tersebut. Ingat ! Semua perumpamaan yang diucapkan Yesus tidak ada satupun yang mengawang-awang di pikiran, semuanya membumi.
Mendirikan sebuah menara adalah sebuah proyek besar. Di dalam versi bahasa Yunaninya, menara atau purgos bisa juga berarti castle (puri). Puri, ya tidak berlebihan, sedikit lebih kecil dari istana (palace).
Yang jelas, Yesus Kristus ingin mengumpamakan mengikuti Dia adalah sebuah proyek besar. Tidak hanya besar, tapi juga bermanfaat ! Tentu saja jika dikatakan proyek besar, maka resource yang dibutuhkan juga besar bukan?
Kesungguhan harus besar, dana harus besar, pertimbangan harus matang (bukan hanya sekedar lontaran kata-kata dari emosi sesaat), resiko juga besar. Di dalam membangun menara tidak boleh setengah-setengah, harus kelar sampai total. Jika tidak, maka menara itu tidak bisa berfungsi sebagaimana seharusnya.
Pernahkah anda melihat bangunan besar yang setengah jadi? Proyek gagal ? Saya pernah. Keadaan memprihatinkan. Bangunan yang setengah jadi, tapi atapnya bolong. Kalau tidak cepat diselesaikan, atap yang bocor tetsebut akan membuat air hujan masuk dan merusakkan seluruh bangunan yang ada.
Membangun sebuah menara harus dikerjakan juga dari dasar. Memilih tanah yang tepat, memilih bahan yang bagus, memilih musim yang tepat (jangan musim penghujan) adalah syarat-syarat cerdik memulai proyek ini.
Setelah itu, memiliki pekerja-pekerja yang bertanggungjawab, dana yang cukup (harus juga ada risk management), bahkan harus siap malu ketika proyek tersebut gagal.
Di dalam proses mendirikan menara tersebut, pastilah menemukan kendala-kendala yang ada. Mungkin cuaca yang tidak bersahabat, pekerja yang tidak komitmen, bencana alam, dll. Semua aspek tersebut sudah harus diperhitungkan. Yang paling penting di sini adalah dananya cukup.
Tuhan Yesus di dalam perumpamaan ini sengaja menitikberatkan pada dana yang cukup adalah untuk menekankan sebuah kesungguhan hati dan segala aspek yang mengikutinya, bukan dengan maksud bahwa mengikuti TUHAN harus mempunyai uang yang banyak. Mengikuti Kristus adalah sesuatu yang serius. TUHAN tidak ingin kita mengikuti Dia setengah-setengah. Dia juga tidak ingin kita mengikutiNya dengan modal emosi ataupun iman buta. Segala sesuatu harus dipertimbangkan dengan matang dan komitmen yang jelas pula. Terlebih lagi, Dia ingin kita mempunyai motivasi yang benar.
Orang-orang yang membayangkan perumpamaan ini sudah harus membayangkan "harga yang harus dibayar". Tetapi saudara-saudara terkasih, rewardnya juga besar ketika semuanya jadi. Menara yang sempurna didirikan akan sangat berguna dan pastilah banyak manfaatnya. Bisa dipakai untuk pengawasan terhadap serangan musuh, bisa juga dipakai untuk pertahanan, dsb.
Nah, apakah anda sungguh-sungguh ingin melakukannya? Kalau begitu, jangan bermain-main lagi dengan konsep dan motivasi yang salah !
Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.
(Lukas 14:28-30)
Dia sendiri telah memberikan teladan, Dia telah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan BapaNya di atas kayu salib dengan penutup "Sudah selesai" (19:30).
Bagaimana dengan pengikut Kristus?