Minggu, 20 Maret 2011

Mengapa TUHAN Allah Israel Menyuruh Memusnahkan Suku-Suku Bangsa di Tanah Kanaan?

PILIHAN SULIT TUHAN


Ulangan 7:16 Engkau harus melenyapkan segala bangsa yang diserahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu; janganlah engkau merasa sayang kepada mereka dan janganlah beribadah kepada allah mereka, sebab hal itu akan menjadi jerat bagimu.


Pertanyaan sesuai judul di atas adalah pertanyaan yang mungkin sering mengganggu pikiran kita, dan saya pun dulu sempat bertanya-tanya, Allah yang katanya penuh kasih yang mengajarkan cinta memerintahkan umatNya untuk memusnahkan bangsa-bangsa yang tinggal di tanah Kanaan. Dulu ketika saya ditanya, kenapa Allah orang Kristen kejam ? Kenapa Allah orang Kristen itu mengajarkan membunuh? Kenapa TUHANnya orang Kristen tidak konsisten? Ayat-ayat Alkitab kontradiktif, saya pun sempat tidak bisa memberikan jawaban. Saya pun sempat bertanya-tanya kepada TUHAN, kenapa Engkau mengizinkan pembunuhan, padahal di dalam hukum Taurat

Engkau memerintahkan untuk JANGAN MEMBUNUH. Lalu apakah TUHAN tidak konsisten? Allah itu kejam? Allah itu mengizinkan pembunuhan? Lalu TUHAN menaruh perkataan dalam hati saya, BAGAIMANA KALAU AKU TANYA BALIK?

Bagaimana seandainya bangsa-bangsa yang berdiam di tanah Kanaan tersebut tidak dimusnahkan pada saat itu?

TUHAN, Allah Yang Maha Sempurna, Yang Maha Tahu dan Maha Kasih bukanlah manusia. Pikiran, visi, pengetahuan dan kasihNya bekerja bersama dalam satu paket. Dia bukan hanya menempatkan diri sebagai TUHAN Yang Bertahta di Sorga yang jauh dari kita, tetapi Dia juga menempatkan pribadiNya sebagai Bapa, terutama bagi umat Israel pada saat itu, dan juga sebagai Bapa atas orang percaya.

Untuk menjawab mengapa TUHAN memerintahkan pembunuhan terhadap suku-suku bangsa di tanah Kanaan, mari kita juga menerawang jauh ke depan, yaitu ke masa kini. Jika seandainya TUHAN tidak memerintahkan pemusnahan terhadap suku-suku bangsa tersebut, rasa-rasanya saat ini kita akan hidup dalam kegelapan.

Sebenarnya kalau anda betul-betul memperhatikan dan jika benar-benar mengetahui isi hati TUHAN, TUHAN Allah sudah memberikan kesempatan kepada bangsa-bangsa di tanah Kanaan tersebut untuk bertobat.
Selama masa penantian beratus-ratus tahun, tidak ada perubahaan yang terjadi, bahkan KEDURJANAAN MEREKA MAKIN MENGGILA (Baca Kejadian 15:16).

Tuhan juga tidak sembarangan bertindak, beberapa bangsa yang tinggal di tanah Kanaan terluput dari murka TUHAN. Bangsa-bangsa seperti Moab dan Amon, Edom, Filistin, Midian tidak termasuk dalam daftar rencana TUHAN kepada umat Israel saat itu. Bahkan bangsa Amalek pun tidak. Tetapi karena bangsa-bangsa tersebut mencari penyakit sendiri, maka perlawanan mesti dilakukan, otherwise, Israel lenyap dari muka bumi saat itu.

Ketika mandat diberikan dan orang Israel tidak menjalankan sepenuhnya, TUHAN pun tidak serta merta menurunkan api dari langit untuk melenyapkan bangsa-bangsa tersebut. Orang Hewi saat itu yang menipu pemimpin-pemimpin umat Israel di bawah pimpinan Yosua pun luput dari pemusnahan karena TUHAN MENGHORMATI SUMPAH TETUA ISRAEL untuk membiarkan orang Hewi hidup (Baca Yosua 9).

TUHAN pun pada kenyataannya tidak memandang bulu di dalam bertindak. Ketika orang Israel membuat berhala lembu emas ketika Musa naik ke gunung TUHAN menerima kedua loh batu hukum TUHAN, 3000 nyawa bangsa Israel harus membayar kelakuan jahat mereka. Musa dan suku Lewi pun menjadi eksekutornya (Baca Keluaran 32:25-35).
Bahkan TUHAN mengingatkan keras dengan ayat-ayat di bawah ini:


Tetapi jika engkau sama sekali melupakan TUHAN, Allahmu, dan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya, aku memperingatkan kepadamu hari ini, bahwa kamu pasti binasa; seperti bangsa-bangsa, yang dibinasakan TUHAN di hadapanmu, kamupun akan binasa, sebab kamu tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu."(Ulangan 8:19-20)


Lalu apakah kita masih berprasangka TUHAN tidak bertindak adil ?

Sebenarnya konsekuensi-konsekuensi ketika umat Israel tidak menjalankan misinya memusnahkan suku-suku di tanah Kanaan tersebut muncul sendirinya ketika kita membaca kitab Bilangan, Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim. Mereka yang tidak menaklukkan secara total tanah Kanaan akhirnya malahan MENGADOPSI kelakuan amoral orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.

Penyembahan berhala, perzinahan, ketidak-adilan hidup secara otomatis menjauhkan mereka dari hadapan TUHAN. Rencana TUHAN Allah yang mempersiapkan mereka menjadi umat yang kudus supaya menurunkan Mesias hampir-hampir saja berantakan. Jika Mesias tidak lahir, maka kita, manusia-manusia di zaman ini masih hidup dalam kegelapan. Mungkin kita masih tinggal dalam keadaan primitif, hidup sebagai penyembahan berhala, dan pembuat dosa.

Menurut hemat anda, apakah susahnya bagi TUHAN untuk memusnahkan orang-orang Kanaan tersebut dengan tanganNya sendiri? Sejarah membuktikan bahwa Allah bisa saja menghancurkan sebuah kaum dengan bencana. Sodom dan Gomora adalah contoh yang paling kita ketahui bagaimana TUHAN menghancurkan manusia-manusia amoral. Lalu kenapa Dia memakai orang Israel pada saat itu?

Karena Dia ingin mendidik dan mengingatkan orang Israel saat itu supaya tidak bermain-main dengan yang namanya PENYEMBAHAN BERHALA. Penyembahan berhala pada saat itu adalah sumber kerusakan moral sebuah bangsa. Di dalamnya ada yang namanya seks, pelacuran bakti yaitu bersetubuh di depan dewa-dewa, kebobrokan mentalitas, penyakit kelamin dan kerusakan moralitas lainnya. Perbuatan masa lampau mereka yang pernah menyakiti hati TUHAN ketika menyuruh Harun membuatkan lembu emas diingatkan kembali oleh TUHAN dengan menyuruh membasmi orang-orang di tanah Kanaan saat itu.

Setelah itu, TUHAN sebenarnya sedang mempersiapkan orang Israel sebagai UMAT percontohan bagi bangsa-bangsa lain supaya mereka pun menyembah kepada YEHOVAH / YAHWE yang Kudus. Di dalam hukum-hukum yang tertuang di Hukum Taurat, TUHAN telah membuat butir-butir hukum yang memungkinkan orang-orang asing ikut menjadi jemaatNya.

Terlebih lagi, Visi TUHAN yang jauh ribuan tahun ke depan yaitu untuk menjadikan salah satu keturunan Israel menjadi orang yang melahirkan Mesias untuk menggenapi janjiNya dari zaman purbakala. Mesias inilah yang menjadi juru selamat bagi semua umat bangsa di dunia dan anda salah satunya yang menerima SANG MESIAS tersebut yaitu Yesus Kristus.

Pahamilah tindakan-tindakan TUHAN tidak secara sempit, tetapi lihatlah jauh ke depan dampak dari keputusan-keputusan TUHAN di masa lampau terhadap keadaan kita saat ini. Tuhan pastilah sedih untuk memusnahkan manusia ciptaanNya sendiri, tetapi keputusan yang sulit tersebut harus diambil untuk menyelamatkan yang lebih banyak.

Ketika petani ingin menanami ladang-ladangnya dengan tanaman yang lebih berharga, tanahnya harus disetrilkan dari hama-hama, semak duri, rumput-rumput, ilalang-ilalang supaya tidak mengganggu pertumbuhan tanamannya tersebut.
TUHAN DIPERHADAPKAN KEPADA KEPUTUSAN YANG SULIT, TETAPI DIA HARUS MEMILIH DAN DIA TAHU PILIHANNYA BAIK UNTUK KITA.

Dia membunuh supaya kita hidup!

Jumat, 18 Maret 2011

Bahtera Nuh : Ironi "Manusia Raksasa" (Kejadian 6-7)

Kisah Bahtera Nabi Nuh : Kesempatan Yang Terbuang

Kisah air bah di zaman Nuh meninggalkan berbagai ironi kehidupan yang bisa kita ambil hikmahnya sebagai pelajaran di zaman ini. Salah satu ironi yang paling "menggelikan" adalah kisah penyelamatan binatang-binatang yang layak masuk ke bahtera Nuh sedangkan manusia-manusia lain selain keluarga Nuh tidak terselamatkan dari banjir besar.
Lalu apakah TUHAN Allah tidak memberikan kesempatan kepada mahluk-mahluk raksasa dan orang-orang sezaman Nuh yang gemar melakukan kekerasan? Jawaban pastinya adalah TIDAK !

TUHAN bahkan memberikan kesempatan kurang lebih 100-120 tahun kepada orang-orang sezaman Nuh untuk bertobat ! Tetapi kesempatan emas yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang tersebut disambut oleh orang-orang sezaman Nuh untuk memperbaiki diri mereka. Bahkan setelah Nuh menyelesaikan bahtera yang dibuatnya, 7 hari lamanya kesempatan diberikan kepada orang-orang sezaman Nuh untuk merespon panggilan TUHAN. TUHAN Allah tidak serta merta menyapu manusia pada zaman tersebut dengan tsunami, tetapi dengan hujan yang artinya sedikit demi sedikit, setahap demi setahap, TUHAN memperingatkan orang-orang purba di zaman tersebut.

Kesempatan yang terbuang pastilah membuat sang Pencipta berduka. Perasaan TUHAN yang teriris dipenuhi penyesalan tidak bisa menyurutkan murkaNya kepada umat pada zaman purbakala tersebut. Jika TUHAN tidak membinasakan orang-orang jahat pada zaman tersebut, maka mungkin tidak ada seorang pun yang tertinggal baik dan mendapatkan kasih karunia di mata TUHAN Allah. Karena cintaNya kepada umatNya, yaitu kita di zaman ini, maka Allah harus "tega" melepaskan air bah yang dikerjakan secara bertahap melalui turunnya air hujan yang memenuhi muka bumi.
Kenapa saya bilang karena cintaNya kepada kita? Karena jika Nuh dan keluarga terseret dalam kekerasan ataupun terbunuh di zaman tersebut, tidak ada satu orang pun di antara umat manusia yang layak meneruskan keturunan Mesianik.

Tidak ada ketokohan Abraham sebagai keturunan Nuh yang berasal dari anaknya Sem yang terlahir di muka bumi. Tidak ada Ishak, tidak ada Yakub, tidak ada Yusuf ataupun Yehuda, tidak ada Musa yang membawa umat Israel keluar dari Mesir, tidak ada kepahlawanan Daud dan ujung-ujungnya, tidak ada Yesus yang akan menebus umat manusia, terutama menebus kita.

Jika seandainya orang-orang sezaman Nuh merespon akan panggilan Allah dengan membantu Nuh, bisakah anda bayangkan betapa besar, lebar dan tingginya bahtera yang akan dihasilkan?
Mereka tidak mencoba berpikir untuk "melunakkan" hati TUHAN seperti yang dilakukan orang Niniweh (meskipun zaman yang berbeda). Jika bahtera yang dihasilkan lebih besar, maka orang-orang yang bisa ditampung akan lebih banyak jumlahnya. Tentunya kesempatan demi kesempatan, tahun demi tahun penantian tersebut akan berakhir, dan ironis sekali, hanya keluarga nabi Nuh dan hewan-hewan yang diselamatkan dari bencana bah.

Di zaman ini, tidak jauh berbeda dengan zaman Nuh. Raksasa-raksasa, orang-orang kenamaan muncul di dunia ini. Orang-orang dengan kepintaran tinggi, genius, sombong, kaya hadir mewarnai dunia ini. Mereka mengira dengan kekuatan mereka, mereka bisa bertarung dengan TUHAN? Kita bisa lihat buktinya saat ini, Jepang, negara yang dipenuhi manusia-manusia jenius yang mampu membuat teknologi early warning system terhadap tsunami juga harus dikalahkan oleh tsunami. Bahkan para orang pintar di negeri Sakura ini tidak mampu untuk menjinakkan reaktor nuklir yang mereka buat sendiri.

Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Cina dan beberapa negara lainnya juga kelabakan ketika bencana datang. Dengan kecerdasannya, manusia akan semakin sombong dan melupakan TUHAN.
Orang-orang kecil yang ingin mencari TUHAN dikucilkan. Nilai-nilai luhur moralitas keTUHANan dilecehkan dengan berbagai macam cara. Mulai dengan pengubahan konstitusi, peracunan melalui media, pola hidup hedonis, para raksasa mengucilkan umat TUHAN. Orang yang ke gereja dianggap sok suci, orang yang berkomitmen kepada TUHAN diejek bahkan dipenjarakan.

Di zamannya, Nuh memang dianggap tidak waras, Keluarganya harus membanting tulang untuk mewujudkan kehendak TUHAN. Tidak jarang mereka diejek bahkan penggagalan pembuatan bahtera dilakukan. Tetapi karena kesetiaannya dan ketekadannya karena hidup tidak bercela, hidup benar dan bergaul bersama TUHANlah, Nuh bisa menyelesaikan bahteranya pada umurnya yang menginjak 600 tahun.

Penantiannya tidak sia-sia. Raksasa-raksasa yang jago dalam hal kekerasan dikalahkan oleh air bah. Mereka lebih rendah nilainya dibandingkan dengan hewan-hewan yang diselamatkan di bahtera Nuh. Pelajaran dari kisah ini hendaknya bisa mengajar kita untuk tidak sombong, terutama terhadap sang Pencipta. Jangan sampai kesempatan demi kesempatan yang diberikan kepada TUHAN dilewatkan begitu saja, bahkan menganggap remeh panggilan TUHAN yang dimulai dengan pertobatan.

"Jangan sampai saking raksasanya kita, ukuran sorga tidak muat untuk kita !"

FAKTA Ukuran Bahtera Nuh:

Panjang = 300 hasta X 45 Cm = 13.500 cm/100 = 135 meter
Lebar = 50 hasta X 45 cm = 2.250 cm/100 = 22.5 meter
Tinggi = 30 hasta X 45 cm = 1.350 cm/100 = 13.5 meter

Senin, 14 Maret 2011

Kasih Sejati vs Kasih Naluri

"Surga Ada di Telapak Kaki Ibu !", "Kasih Ibu Sepanjang Masa" ... banyak orang yang meyakininya sebagai sebuah KEBENARAN MUTLAK. Pepatah itu tidak sepenuhnya salah, tetapi bukan kebenaran sejati.

Mayoritas, ibu-ibu di dunia pada umumnya menyayangi anak-anaknya. Bahkan sangat sayang, bahkan ada yang rela mati demi anaknya. Di dalam peperangan dan bencana alam, kita bisa mendapatkan kesaksian tentang ibu yang mati karena melindungi anaknya, sang ibu mendekap anaknya erat-erat sehingga anaknya tidak mengalami luka.

Ironisnya, di zaman ini, tidak sedikit juga ibu-ibu yang membunuh anaknya karena kesal anaknya bandel. Ada pula yang bahkan melahirkan anaknya untuk dijual demi mendapatkan uang. Bahkan ada yang menggoreng dan merebus anaknya demi mempertahankan hidupnya sendiri. Di Alkitab, di zaman raja Yoram saat pelayanan nabi Elisa , cerita miris tersebut muncul.

Ada pula kejadian di mana "kasih seorang ibu" dinyatakan dengan mengajak anak-anaknya bunuh diri. Dalihnya adalah supaya anak-anaknya tidak menderita di dunia karena kemiskinan. Beberapa contoh-contoh di atas jelas mematahkan pepatah-pepatah yang menganggap kasih seorang ibu adalah KASIH PALING BESAR.

Adalah pepatah "KASIH IBU SEPANJANG MASA" adalah ungkapan daripada hati seorang anak yang begitu mengagungkan sosok seorang ibu yang menurut pengalamannya memang begitu. Tetapi kita juga bisa mendapatkan kenyataan bahwa bukan hanya "ibu manusia" yang melakukan hal seperti itu. Singa betina, anjing betina, kera betina pun bisa mempunyai kasih semacam itu.

Seekor monyet di India rela menerobos lalu lintas yang padat demi menyelamatkan anaknya dari lindasan motor pengguna jalan.Bahkan hewan pun bisa merapati kematian anaknya. Kasih di atas adalah kasih berdasarkan naluri. Kasih naluri muncul daripada perasaan kepemilikan yang sangat besar dan teramat besar karena si anak adalah DARAH DAGINGNYA. Jika kebablasan karena sifat POSESIF dan takut kehilangan, tidak jarang ada kasus incest. Di zaman ROMAWI kuno, kasus-kasus semacam itu muncul. Di dunia baratpun demikian.

Kasih yang didasarkan pada naluri pada kenyataannya tidak sejati dan tidak sempurna, dan kasih semacam itu ada batasannya! BENAR TIDAKNYA cerita Malin Kundang memperlihatkan batasan kasih seorang ibu di dunia. Kasih tersebut akan berhenti bahkan berakhir menjadi kebenciaan.

Kekecawaan mendalam akan memisahkan kasih naluri dari seorang ibu terhadap anaknya. Peristiwa-peristiwa yang menyakitkan yang terakumulasi akan menghasilkan kepahitan terhadap anaknya. Pengharapan yang terlalu tinggi tetapi tidak tercapai akan menjadi pemacu kekecawaan kepada sang anak.

Ada pula kenyataan lain di mana kasih naluri seorang ibu akan melahirkan sebuah PEMBELAAN BUTA kepada sang anak dalam sebuah kejadian. Kejadian seperti ini kerap saya alami pada saat kecil. Ketika saya berkelahi dengan orang lain, SALAH atau TIDAK, mama saya MEMBELA MATI-MATIAN tanpa ingin tahu duduk perkaranya.

Beberapa contoh positif dan negatif cerita naluriah seorang ibu kepada anak di atas menunjukkan bahwa kasih naluri bukanlah kasih sejati. Naluri adalah sifat alamiah mahluk hidup di dalam mengambil keputusan yang bukan di dasarkan pada akal budi / logika, tetapi oleh karena tindakan membela diri, mempertahankan miliknya (diri dan keturunan), menjauhkan diri dari bahaya, dll.

Kasih sejati akan lahir daripada sebuah pengertian, bukan membabi buta. Kasih terbesar tidak bisa kita dapatkan dari manusia. Kasih sejati akan didapatkan dari Allah.


"Kasih seorang ibu adalah sementara, tidak sepanjang masa. Kasih paling besar berasal dari Bapa di sorga yang merelakan AnakNya yang tunggal untuk keselamatan dunia ini (YOH 3:16), Tetapi kasih yang paling besar yang bisa "dihasilkan" manusia adalah mati untuk sahabatnya (YOH 15:13)."



Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Yoh 15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

Senin, 07 Maret 2011

Masa Kesabaran TUHAN

"Kasih TUHAN kepada Fir'aun"


Roma 2:4 Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?


Membaca Kisah Keluaran bagaimana TUHAN Allah membawa umat Israel keluar dari perbudakan bangsa Mesir akan sangat mengagumkan. Pembebasan umat Israel dilakukan didahului oleh berbagai tulah yang totalnya 10 tulah sampai pada puncaknya adalah pemusnahan tentara Fir'aun di Laut Teberau. Sekilas kita dan kalau tidak dicermati, kita bisa saja berasumsi bahwa TUHAN Allah bangsa Israel yang juga TUHAN Allahnya Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub sangat senang mempermainkan musuh-musuhNya. Ya, boleh dibilang begitu karena Dia adalah Allah Maha Kuasa.

Tetapi jika ditelusuri lebih jauh ke depan peristiwa sebelum waktu kemurkaan TUHAN, kita bisa belajar, bahwa TUHAN sudah sangat amat sabar! Sekitar 400 tahun lebih, TUHAN memberikan kesempatan kepada orang Mesir untuk bertobat. Bahkan, umat yang telah dipilih sebagai umat kesayanganNya seolah-olah dibiarkan disiksa menghadapi penderitaan.
400 tahun adalah jumlah tahun yang tidak singkat! Umat yang telah dijanjikan sebagai perjanjian kekal antara TUHAN dengan Abraham, Ishak, Yakub ini harus menerima penghinaan, penyiksaan, pembunuhan dan perbudakan tanpa campur tangan TUHAN selama kurun waktu beberapa keturunan.

Kesempatan demi kesempatan yang diberikan oleh TUHAN kepada bangsa Mesir tidak dipergunakan dengan baik, tidak ada pertobatan, tetapi yang terjadi justru penganiayaan yang makin besar. Anak-anak bayi laki-laki yang baru lahir dari pihak Ibrani harus dibunuh, pekerjaan berat pembangunan bangunan-bangunan di Mesir makin ditambah, dsb...dsb...dsb..

Kesabaran TUHAN Allah mencapai puncaknya meskipun belum ada pemimpin dari kaum Israel yang siap. Tekanan-tekanan yang diberikan oleh Mesir kepada umat Israel berdampak pada tidak ada seorang pun yang mempunyai jiwa leadership.
Musa, seorang yang secara figur sangat tidak ideal sebagai seorang pemimpin ditunjuk oleh TUHAN. Siap tidak siap, mau tidak mau, Musa harus mau. Penentuan Musa sebagai pemimpin oleh TUHAN didasarkan penilaian bukan secara penampakan fisiknya, tetapi lebih karena kecintaannya kepada saudara-saudara sebangsanya. Jiwa berkorban orang ini sangatlah tinggi, hati yang lembut yang punya belas kasihan tinggi menjadi persyaratan utama oleh TUHAN.

Musa yang lahir di istana Fir'aun mempunyai hubungan historis dan tentunya hubungan emosional bergumul akan keputusan TUHAN. Dia dibesarkan dengan baik, diperlakukan sebagai anak raja, diajar tulis menulis dan perlakuan istana membuatnya sangsi akan bisa menunaikan pembalasan TUHAN kepada "tanah air keduanya". Tetapi dia harus memilih, Israel atau Mesir ! "Mana jati dirimu sesungguhnya", itulah yang harus mendasari penentuan keputusannya. Segala ketidaksiapan, kekurangan skill, ketakutan tidak akan jadi hambatan dan tidak boleh jadi halangan ketika TUHAN sudah menunjuknya. Alhasil, TUHAN selalu mempunyai rencana yang matang. TUHAN telah menyiapkan supporter untuk mendukungnya sebagai tim inti. Harun abangnya, Miriam kakaknya, tua-tua Israel telah dipersiapkan oleh TUHAN.
Yitro mertuanya, Hur, Yosua dan Kaleb pun telah dipersiapkan oleh TUHAN sebagai tim yang masih jauh. Don't worry, Jika Allah di pihak kita, siapa lawan kita !

Hati TUHAN yang teriris oleh kekerasan hati Fir'aun memberikan kesempatan kepada Fir'aun untuk bertobat. TUHAN Allah sengaja memakai Musa karena TUHAN tahu pastilah Musa sangat bersungguh mempunyai belas kasihan
kepada orang Mesir. Kekerasan hati Fir'aun bukan hanya membuat TUHAN marah, tetapi Musa pun sangat marah melihat hal itu terjadi. Di hati TUHAN mungkin berpikir, "begitu bodohnyakah kau Fir'aun?, bukan 1x, bukan 2x, bukan 3x, bahkan bukan 4x dan 5x, tapi 10x kau diberikan kesempatan untuk bertobat. Kenapa tidak ambil kesempatan tersebut?"
Karena kebebalan hati Fir'aun itulah kenapa Musa menuliskan di kitab Keluaran bahwa Fir'aun berkeras hati 5x, TUHAN Allah mengeraskan hatinya 5x pula. Musa sebagai penulis Pentataukh (5 Kitab Taurat) ingin memberi tahukan bahwa sang raja Mesir ini "tidak ada obatnya lagi".

Akhirnya, apa yang menjadi "jasa Mesir" pada dahulu kala tidak lagi menjadi bahan pertimbangan. Jasa-jasa mereka (baca: Mesir) ketika Abraham dan timnya yang baru keluar dari Ur-Kasdim yang mengalami kelaparan, pengangkatan Yusuf,pemeliharaan keturunan Yakub berhenti terhitung oleh karena kedegilan hati mereka sendiri.
Enough is enough, kesempatan 400 tahun disia-siakan begitu saja !

Belajar dari sejarah ini, apakah kita masih menganggap TUHAN masih kurang cukup baik? Jangan sia-siakan kasih TUHAN !

Dia adalah TUHAN yang PENUH KASIH , tapi Dia juga TUHAN yang penuh KEBENARAN, waktu bukan kita yang miliki, pergunakan kesempatan untuk terus berubah menjadi lebih baik setiap waktu.


2 Petrus 3:15 Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya

Sabtu, 05 Maret 2011

Doktrin Kemakmuran & Penyembahan Kepada Mamon


"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
(Matius 6:19-20)


Di akhir zaman ini, di mana keadaan kehidupan manusia bertambah sukar, terutama secara EKONOMI, popularitas pengajaran yang bertumpu pada mukjizat pun ikut terdongkrak. Paham prosperiti atau doktrin kemakmuran yang diajarkan di gereja menjadi daya tarik tersendiri, apalagi di negara Indonesia yang mayoritas rakyatnya hidup dalam kemiskinan.

Adalah sifat dasar manusia yang lahir menyukai kesuksesan instan juga menjadi kelemahan yang bisa disusupi oleh praktek mamonisme tersebut. Dengan mengambil sebagian ayat Firman TUHAN ataupun dengan khotbah-khotbah berisi kesaksian-kesaksian pribadi yang mengalami "berkat dari TUHAN", maka legitimasi pengajaran doktrin kemakmuran bertumbuh subur.

TUHAN, Bapa kita yang baik memang mengizinkan dan bahkan mengharapkan anak-anakNya hidup tidak berkekurangan, tetapi TUHAN Yesus melalui pengajaranNya berkali-kali memperingatkan supaya manusia tidak menjadi tamak. Bahkan Dia mewanti-wanti audiencenya (dan kita yang membaca Injil) supaya tidak jauh dalam "penyembahan Mamon".

Jika seandainya TUHAN Yesus memfokuskan pengajarannya pada pemenuhan harta di muka bumi, maka tentulah Dia dan para rasulNya hidup dalam kemewahan.
Melegitimasi karya mukjizat Yesus ketika memberikan makan kepada 5000 dan 4000 orang sebagai salah satu azas teori kemakmuran adalah salah kaprah. Kita mesti melihat bahwa justru TUHAN YESUS mengizinkan KEKURANGAN MAKAN terjadi pada saat itu, apalagi mukjizat itu terjadi pada saat yang terdesak di mana TUHAN Yesus tidak ingin ada rombongan orang yang mengikutinya menjadi pingsan di tengah jalan.
Bahkan ketika TUHAN Yesus mengetahui bahwa fokus orang-orang yang mencariNya tersebut hanya untuk MUKJIZAT ROTI, Dia mengirimkan mereka pulang.


Mukjizat terjadi jikalau TUHAN menilai manusia memang sudah tidak sanggup lagi. Mukjizat tidak akan terjadi ketika manusia mampu melakukan bagiannya karena mukjizat bukanlah barang murahan.


Orang-orang seperti Petrus, Andreas, Yohanes dan Yakobus adalah orang teruji. Sesudah diberkati Yesus dengan MUKJIZAT KELIMPAHAN IKAN yang menyebabkan jala hampir pecah, mereka justru melepaskan tangkapan mereka dan ikut Yesus.
Mereka tidak memfokuskan kepada kelimpahan berkat jasmani yang sementara tersebut. Oleh karena sikap hati tersebut, Yesus begitu menghargai Petrus dengan menjanjikannya sebagai penjala manusia (artinya JIWA-JIWA MANUSIA lebih berharga daripada IKAN)

Paulus, seorang rasul yang dipanggil TUHAN dari kemewahannya menjadi rasul yang sering mengalami penderitaan ketika mengabarkan Injil adalah bukti nyata lain di Alkitab. Jika menilik kepada tokoh-tokoh iman di Perjanjian Lama-pun, kita bisa meneladani "pengorbanan Abraham" dan "penderitaan Ayub".

Abraham, ketika dipanggil dari tanah Ur (kota Ur-Kasdim), beliau adalah konglomerat yang hidup berkelimpahan dengan ratusan orang hamba yang menjadi pelayanan rumah tangganya. Dia rela meninggalkan kota yang nyaman tersebut dengan tanpa tahu tujuan yang jelas dari panggilan TUHAN Allah. Bahkan di Alkitab dikatakan bahwa dia tidak mendapatkan tanah yang dijanjikan di dunia ini. Tetapi apa yang didapatkannya adalah TANAH YERUSALEM SORGAWI.


Ibrani 11:39 Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.


Ayub, memang diberkati oleh TUHAN secara duniawi, tetapi ada saatnya dia dicobai dengan sangat keras, dia bisa bersaksi bahwa apa yang didapatkan di dunia ini adalah sementara.


Ayub 1:21 katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"


Saudara-saudari, Yesus Kristus mengajarkan supaya kita berdoa meminta berkat makanan secukupnya pada hari ini, tidaklah Dia mengajarkan kita menjadi tamak karena di mana hartamu berada, di situ hatimu berada. (Matius 6:21)


Mat 6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
Luk 11:3 Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya


Jikalau fokus hidup kita lebih condong kepada pengejaran harta dunia yang sementara ini, maka sesungguhnya kita sudah menyembah kepada Mamon. Untuk hal ini, Yesus Kristus telah memperingatkan kita ! Sekali lagi menjadi pengikut Kristus bukan berarti menolak berkat ataupun harus hidup miskin, tetapi fokus pengejaran "harta" itu menjadi faktornya. Apakah mengejar HARTA DUNIAWI? Ataukah HARGA SORGAWI.

Jikalau fokus kita adalah mengejar harta dunia, kita menurut nas Alkitab adalah orang paling malang di dunia ini (1 Korintus 15:19).
Semakin manusia hatinya menimbun harta, ketamakan akan semakin merajalela, akhirnya dari situlah timbul benih-benih cinta uang, dan sebagaimana kita tahu,
problematik dunia ini pada dasarnya adalah CINTA UANG.


1 Timotius 6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.


Jika anda saat ini masih hidup dalam kekurangan, mintalah kepada TUHAN dan berusahalah sungguh-sungguh untuk bekerja. Dan jangan minta TUHAN untuk "mengubah batu jadi roti" (jangan berharap pada hal-hal yang instant, termasuk pengajaran kekayaan yang instant).

Dia pasti akan memberkatimu ! Tetapi Dia tidak menjanjikan kekayaan duniawi. Jika anda bisa kaya karena anda bekerja keras, puji TUHAN!

Dan kekayaan tersebut jangan dipergunakan untuk memenuhi kedagingan semata tetapi berkontribusilah kepada kerajaan TUHAN seperti raja Daud ketika hidupnya diberkati kelimpahan (1 Tawarikh 29)

Saudara-saudari, jangan mengukur keimanan seseorang dengan ukuran harta yang dimiliki seseorang. Tetapi kekayaan seseorang diukur daripada KERELAANNYA MEMBERI.
TUHAN pun sudah memperingatkan, orang kaya susah masuk sorga. Jadi, jangan menghakimi seseorang kalau dia miskin ataupun biasa-biasa saja.

Sekali lagi, ARAHKAN FOKUS kita kepada HARTA SORGAWI, bukan HARTA DUNIAWI.

Mari kita renungkan kembali nasehat rasul Paulus:


1 Timotius 6:3 Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat--yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus--dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita,
1 Timotius 6:4 ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,
1 Timotius 6:5 percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
1 Timotius 6:6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
1 Timotius 6:7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
1 Timotius 6:8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
1 Timotius 6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
1 Timotius 6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
1 Timotius 6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.
1 Timotius 6:12 Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.
1 Timotius 6:13 Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu:
1 Timotius 6:14 Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya,
1 Timotius 6:15 yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.
1 Timotius 6:16 Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.
1 Timotius 6:17 Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.
1 Timotius 6:18 Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi
1 Timotius 6:19 dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.