Pepatah 'dalamnya lautan bisa diukur, dalamnya hati seseorang tidak ada yang bisa mengetahuinya'. ada sedikit kebenarannya, tetapi puji syukur kepada TUHAN, Ia mengaruniakan kepada orang-orang tertentu untuk bisa menimbanya.
Amsal 20:5 Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya.
Secara kasat mata, tidak ada seorangpun manusia yang bisa mengetahui isi manusia lain seratus persen. Hanya TUHAN, sang Pencipta yang bisa mengetahuinya. Penampilan seorang manusia seringkali menipu pandangan manusia lainnya. Makanya di dunia ini, penipuan sering terjadi, dan anehnya, manusia terus menerus tertipu oleh penampilan luar.
Bagi TUHAN, penampilan luar tidak terlalu dipentingkan, tetapi isi hati lebih dipandang sebagai sesuatu yang lebih penting. Performa Saul, raja pertama Israel yang tinggi perawakannya dan tampan ditolak oleh TUHAN karena memiliki sikap hati yang buruk. Dari hatilah, pribadi seorang manusia dipancarkan jelas. Kesalahan manusia dalam menjadi hati bisa menyebabkan cara berkata-kata, cara memperlakukan orang, cara mengambil keputusan hidup menjadi salah.
Sesuai dengan judul diatas, saya ingin sedikit mengupas misteri hati. Sesuatu yang baik bisa jadi salah ketika didasari dengan sikap hati yang salah. Apakah mungkin terjadi begitu? Jawabannya sangat mungkin.
Sikap Hati Yang Salah Ketika Memberi
Salah satu contoh yang biasa terjadi adalah ketika kita membantu orang lain. Secara penampilan luar, kita bisa melakukan ini dan itu untuk orang lain.
Kita mungkin bisa memberikan bantuan makanan kepada fakir miskin dan anak yatim akan kebutuhan hidup mereka. Tetapi tidak ada yang tahu apa motif dibalik kita melakukan hal itu.
Di pemilu 2009 lalu, para tim sukses dan tim kampanye calon presiden bisa tiba-tiba menjadi sangat baik melakukan amal dimana-mana, memberikan sumbangan kepada masyarakat yang membutuhkan. Para capres tiba-tiba menjadi sibuk turun ke pasar, dekat dengan rakyat miskin, bahkan berpelukan dengan masyarakat papah.
Tetapi pada akhirnya waktu sendiri yang membuktikan keseriusan dari para capres tersebut. Setelah pemilu usai, bahkan setelah 'minggu tenang kampanye', 'belang' para capres pun sudah terlihat.
Ada kasus yang lebih ekstrim lagi, sebuah contoh kasus di mana seorang kekasih berani mati untuk 'pasangannya'. Mungkin bagi manusia awam, kisah seperti ini merupakan kisah yang sangat romantis, tetapi di balik kematiannya, kita sebenarnya tidak tahu apa maksudnya, terutama apa motifnya sehingga seseorang mengorbankan nyawa untuk kekasihnya. JIka orang tersebut berani mati untuk kekasihnya karena rasa cinta dan atas pengorbanan tulus, maka PUJI TUHAN. Tetapi jika morifnya hanya karena ingin mendapatkan 'tubuh' sang kekasih, betapa konyolnya perbuatan itu.
Hal yang sama terjadi dengan para teroris yg mengatasnamakan TUHAN dan jalan yang mulia. Mereka berani 'mengorbankan' nyawa untuk 'membela TUHAN'. Ya, seakan-akan memang membela TUHAN, banyak orang yang salut. Tetapi setelah ditelusuri, ternyata yang mendasari para teroris untuk berani berkorban nyawa menghabisi manusia ciptaan TUHAN ternyata adalah hanya 'hawa nafsu dijemput puluhan bidadari dari surga', betapa rendahnya
motivasi mereka. Sekali lagi jika kita tidak hati-hati, kita juga tertipu.
1 Korintus 13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.
Sikap Hati Yang Salah Ketika Menerima
Saya tidak akan membahas sikap yang salah ketika menerima pemberian dari orang lain dengan satu sikap hati curiga. Terang saja menaruh curiga kepada orang lain ketika seseorang memberikan sesuatu kepada kita
adalah jelas-jelas salah. Di dalam hati, kita sudah melakukan penghakiman. Kita tidak berbicara di wilayah abu-abu ini, kita tidak dapat menebak isi hati orang lain yang memberikan pemberian kepada kita, tetapi tentunya juga
kita tetap berjaga-jaga jikalau memang benar ada maksud di balik pemberian yg dilakukan seseorang. Berjaga-jaga dan menghakimi tentu saja berbeda, menghakimi berarti memberikan vonis ketika sesuatu yang belum terjadi kita sudah memberikan satu dakwaan kepada orang lain.
Dalam bahasan ini, saya lebih ingin membahas bagaimana sikap hati kita yang tamak dalam menerima pemberian orang lain. Sekali lagi, walaupun seseorang memberikan kita pemberian dengan kerelaan, tetapi dengan sikap hati yang tamak, kita bisa jadi bersalah di hadapan TUHAN. Sikap tamak merupakan contoh seseorang yang tidak mampu menguasai diri, Sikap tamak akan menghasilkan penampilan luar yang terburu-buru. Hasilnya tentu saja tidak baik, orang lain akan menilai kita sebagai pribadi egois, dipenuhi hawa nafsu, tidak mampu mengendalikan diri, mementingkan diri sendiri. Walaupun secara normatif manusia, tidak ada yang salah pada mulanya,
tetapi jika sikap hati tersebut diperbaiki, maka orang-orang dengan sikap hati tersebut cepat atau lambat akan meninggalkan teman-teman (atau mungkin ditinggalkan) bahkan meninggalkan TUHAN.
Jagalah hati kita!
Galatia 5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
Galatia 5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
Galatia 5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.
Galatia 5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
Galatia 5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Sikap Hati Yang Salah Ketika Memenangkan Jiwa untuk TUHAN
Ketika membaca judul subtopik ini, mungkin anda juga bertanya-tanya, setuju atau tidak, kita mesti memperhatikan hal ini. Sebagai seorang yang mengasihi TUHAN dan ingin memenangkan jiwa utk Kristus Yesus, mengabarkan kabar baik / Injil merupakan sebuah 'keharusan' bahkan gaya hidup. Di mana kita berada, kita mesti mengabarkan Injil melalui perkataan maupun perbuatan.
Kerinduan utk memenangkan jiwa untuk TUHAN memang bagus. Tetapi kita mesti memperhatikan bagaimana cara kita memenangkan jiwa-jiwa buat TUHAN.
Cara-cara yang salah walaupun dengan tujuan yang baik akan menghasilkan buah yang bertahan sementara. Tuhan Yesus sendiri berkata, "Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik".
Di dalam memenangkan jiwa buat TUHAN, jangan sampai kita terpaku pada hasilnya semata, sesuatu yang cepat datang, akan cepat juga pergi. Istilahnya : "Easy come, easy go".
Beberapa tahun ini, banyak yayasan kristen yang menggunakan cara-cara 'manusia' untuk memenangkan juwa buat TUHAN. Dengan memberikan bantuan makanan, bakti sosial, imunisasi gratis dan kegiatan amal lainnya untuk membantu sesamanya. Hal ini sangat baik! Ya, absolutely baik. Tapi jangan sampai kita dengan cara-cara kita untuk membawa jiwa kepada TUHAN YESUS hanya dengan cara tersebut. Seperti kita tahu, TUHAN sendiri berfirman, tanpa BAPA yang menarik seseorang kepada YESUS, sia-sia usaha kita.
Mungkin saja pada awalnya, banyak orang dengan 'mulut' mereka mengaku bahwa YESUS adalah TUHAN, tetapi sekali lagi, dalamnya hati manusia tidak ada yang tau. Jika hati mereka menertawai bagaimana? Jika kita membagikan terang Kristus hanya sebatas 'menservis jiwa' mereka tanpa memenangkan secara total hati mereka buat TUHAN, kita ibaratnya sedang membangun bangunan di atas dasar yang rapuh.
Akhir-akhir ini kita mendengar, banyak orang yang meninggalkan iman Kristus. Faktor penyebab semuanya ini adalah semata-mata karena dasar yang dibangun pada saat mereka menjadi seorang Kristen adalah bukan YESUS KRISTUS. Mungkin emas, mungkin perak, ya, mungkin juga sebungkus Indomie. Kita mesti berhati-hati.
Kisah di Injil jelas memuat kisah bagaimana ribuan orang mengikuti TUHAN YESUS kemanapun DIA pergi, tetapi dengan motivasi hanya mencari ROTI dan IKAN. Kita tau hasilnya bukan? TUHAN YESUS menyuruh mereka pulang.
Matius 14:22 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.
1 Korintus 3:13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.
Saudara-saudara, mari kita terus memeriksa hati kita ketika melakukan segala sesuatu. Jaga MOTIVASI HATI kita.
Amsal 4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.