"Hei..jangan dulu bicara dulu deh siapa yang terbesar di Kerajaan Sorga, tapi mari kita kembali ke dasar, siapa yang masuk ke Kerajaan Sorga".
A. Siapakah Yang Masuk ke Kerajaan Sorga?
Matius 18:2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka
Matius 18:3 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
1. Bertobat dan Dibaptis - Lahir Baru
Pertobatan merupakan awal dari mendapatkan keselamatan. Tanpa pertobatan sejati [18 lessons], tidak mungkin kita bisa menerima keselamatan.
Pertobatan yang pura-pura ataupun pertobatan karena keterpaksaan tidak akan menimbulkan sebuah keputusan yang serius kepada TUHAN.
Ketika seseorang bertobat, akan pula disertai dengan adanya rasa penyesalan, rasa jijik akan dosa yang pernah dilakukan dan juga meninggalkan perbuatan lamanya dan juga mempunyai sikap seperti Zakheus.
Sebuah keputusan Zakheus membuat Yesus berkata bahwa Zakheus juga layak mendapatkan keselamatan:
Luk 19:8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."
Luk 19:9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.
Pertobatan yang sejati akan membawa kita untuk kemudian memutuskan menerima YESUS sebagai TUHAN dan juru selamat.
Seperti halnya orang-orang di Yerusalem ketika mendengar khotbah dari rasul Petrus, mereka tidak hanya terharu, tetapi mereka menanyakan kepada rasul-rasul apa yang harus mereka lakukan.
Act 2:38 Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
Ketika bertobat, seseorang juga harus mampu untuk melepaskan konsep-konsep lamanya. [Baca percakapan TUHAN YESUS dengan seorang GURU Taurat / Nikodemus: Yohanes 3]
Jadi, bertobat, menerima Yesus sebagai TUHAN dan JURUSELAMAT adalah satu paket yang tidak dapat dipisahkan.
2. Menjadi Bayi Rohani
Setelah proses lahir baru, ibaratkan seorang anak yang baru keluar dari rahim ibunya, dia harus segera dipelihara secara intensif. Ada pengguntingan ari-ari, dimandikan, dan juga kalau perlu dimasukkan ke dalam inkubator jika kondisinya memang harus seperti itu. Itu pulalah yang terjadi dengan petobat baru. Harus ada seseorang yang lebih dewasa secara iman untuk "memelihara" bayi ini. Orang dewasa itu haruslah memiliki sebuah kasih seperti layaknya seorang ibu kepada anak kandungnya. Tanpa sikap hati seperti itu, orang tsb tidak akan bertanggungjawab terhadap bayi yang dititipkan TUHAN kepadanya.
Tanggap darurat kepada petobat baru dapat diterapkan dengan follow-up 24 jam. Menemani mereka, memberi mereka makan (secara rohani), tentunya "susu rohani", yaitu pelajaran-pelajaran dasar kekristenan, memberikan perhatian sejati kepadanya.
Fase inilah fase yang sangat kritis. Peletakan dasar-dasar Kitab Suci mengenai pertobatan, keselamatan, dan saat teduh harus diberikan supaya terhindar dari pengaruh konsep lama yang mungkin saja "menghantuinya".
3. Anak
Merespon panggilan TUHAN dan mempunyai sebuah komunitas.
Matius 18:2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka
Di ayat 18:2 sangat jelas Yesus memberikan contoh mengenai sikap hati anak kecil itu bagaimana ketika dia dipanggil, anak kecil itu langsung merespon panggilan TUHAN. Mungkin pada saat itu, anak kecil sedang bermain dengan teman-temannya. Tetapi karena dia sadar siapa yang memanggilnya, maka tidak ada pertanyaan kedua kali untuk TUHAN YESUS kenapa memanggilnya, sang anak langsung merespon panggilan.
Seringkali banyak orang Kristen di dalam perjalanan kekristenannya merasa ketika sudah melakukan "doa pendosa" dan "dibaptis", semua seakaan sudah selesai.
Rumah sudah jadi di sorga dan seterusnya adalah kehidupan lama. Pandangan seperti inilah yang menggerogoti mayoritas kehidupan orang Kristen di dunia.
Orang Kristen menjadi orang paling egois dan sombong, mereka berdalih bahwa mereka adalah ANAK, yang lain adalah HAMBA. Seorang ANAK YANG DISAYANG TIDAK PERLU LAGI BEKERJA, kerjaannya adalah memerintah sana sini kepada HAMBA. Sialnya lagi, yang menjadi HAMBANYA adalah BAPANYA yang di sorga. Ya, inilah "MENTAL ANAK MANJA".
Tapi Bapa di sorga tidak akan mendidik kita sebagai ANAK MANJA, tetapi ANAK YANG BERTANGGUNGJAWAB. Malahan Bapa di sorga akan mendisiplinkan kita dengan menyesah kita, memukul kalau bandel. Hal ini dilakukan untuk mendidik kita dalam kebenaran.
Ibrani 12:6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Saudara-saudara, fase inilah fase yang sangat menentukan. Ada pepatah yang menyatakan "umur 4 tahun akan menentukan seseorang ketika umurnya 80 tahun". Cukup masuk akal. Di usia-usia ini seorang anak harus dididik dengan benar. Pendidikan kita sebagai sebagai rohani bisa dilakukan dengan membaca Alkitab. Fungsi Alkitab adalah:
2 Timotius 3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Pembelajaran Alkitab yang baik dan efektif adalah melalui sekolah Alkitab / sebuah komunitas yang membangun. Ibarat seorang anak kecil, tentunya dia harus disekolahkan. Di sekolah, dia mendapatkan banyak hal. Bukan saja pengetahuan, pembentukan karakter melakukan pendidikan gurunya, tapi bersosialisasi dengan anak-anak lainnya. Manusia adalah mahkluk sosial, tidak ada "one man show", itu juga yang terjadi dengan bapa jasmani manusia, Adam.
Dari komunitas inilah anak-anak diajar, dilatih, ada proses yang berkesinambungan sampai dengan dewasanya.
Di ayat 18:2 saya bisa membayangkan kalau saya adalah anak kecil yang dipanggil. Pertama kali saya pastilah senang dipanggil oleh TUHAN, tetapi ada cara canggung ketika saya diperhadapkan dengan murid-murid TUHAN YESUS yang brewokan dan sangar-sangar. Tapi anak ini menurutinya karena Dia percaya siapa yang telah memanggilnya
tidak akan mencelakankannya.
Itulah "kunci" untuk masuk ke Kerajaan Sorga. Selanjutnya mari kita pelajari bagaimana syarat menjadi terbesar di Kerajaan Sorga.
B. Siapakah Terbesar di Kerajaan Sorga
Mat 18:4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
Kali ini Yesus tidak lagi mengajarkan murid-muridNya mempunyai pemikiran seperti anak-anak. Pikiran anak-anak justru akan membuat kita egois, tidak mau mengalah satu sama lain, dan mau diperhatikan saja. Semua masih egosentrik. Firman TUHAN jelas mengatakan:
1 Korintus 14:20 Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!
Lalu apa pesan dari ayat Matius 18:4?
Mari kita coba bayangkan dan renungkan perkataan TUHAN YESUS ini. Saya coba membayangkan kata "merendahkan diri seperti anak kecil". Secara deskriptif saya bisa gambarkan bahwa untuk merendahkan diri seperti anak kecil itu, para murid yang tingginya mungkin rata-rata 176 cm sampai dengan 190 meter harus membungkuk, bahkan sampai jongkok sehingga bisa sejajar dengan anak kecil tersebut. Memang tidak mudah untuk melakukan perintah TUHAN seperti itu.
Sikap gengsi mungkin muncul dari hati, terutama gengsi terhadap anak kecil tersebut. Mereka adalah orang-orang yang kaku, sebagian adalah nelayan, ada pula yang bekas pemungut cukai, dll.
Di Firman TUHAN berbagai contoh dan berbagai pesan jelas dan ekslipit mengajarkan kita untuk saling menundukkan diri, saling mengasihi satu sama lain. TUHAN YESUS sendiri mengatakan, untuk menjadi yang utama, kita harus menjadi hamba dari semua orang. TUHAN YESUS adalah contoh yang paling tepat !
Lukas 22:26 Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
Orang yang bisa menerapkan hal inilah adalah orang yang justru dewasa secara rohani. Penyangkalan diri diperlukan, seperti kita tau, semua orang di gereja mempunyai latar belakang berbeda, karakter berbeda, budaya berbeda, alangkah indahnya kalau semua orang bisa menyangkal diri. Tanpa penyangkalan diri, tidak bisa memikul salib, tanpa memikul salib, tidak mungkin kita bisa mengikuti TUHAN YESUS.
Semakin dewasa kekristenan seseorang, semakin orang tsb mampu untuk menyalibkan keinginan, kesombangan, keegoisannya. Ketika itu terjadi, buah Rohlah yang merupakan karakter kedewasaan rohani seseorang bisa dirasakan oleh orang lain.
C. Kesimpulan
Untuk menjadi terbesar di dalam Kerajaan Sorga memerlukan proses yang panjang, tidak ada yang instant. Ada pepatah "easy come, easy go". Hal ini tidak berlaku di Kerajaan Sorga. Mudah datang dan mudah pergi hanya cocok untuk dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.