Berikut ini adalah ringkasan sejarah penyusunan Alkitab hingga mencapai bentuknya yang kita kenal sekarang. Semoga Bermanfaat.
1. PENDAHULUAN
Alkitab (PL + PB) yang kini kita kenal tidak diperoleh secara sekaligus. Alkitab merupakan kumpulan dari banyak kitab yang ditulis dan disusun secara bertahap dalam kurun waktu sekitar 1500 tahun. Dalam penulisannya, para penulis menggunakan gaya bahasa dan ungkapan yang sesuai adat, kebiasaan, dan jaman mereka masing-masing.
PL sebenarnya adalah kitab suci umat Yahudi yang disampaikan, ditulis, dan disimpan dalam waktu kurang lebih 1000 tahun (sekitar 1400 SM sampai 400 SM). Semua ditulis dalam bahasa Ibrani kecuali sebagian kitab Daniel dan sebagian buku Ezra yang ditulis dalam bahasa Aram.
Karena masing-masing kitab tersebut berdiri sendiri-sendiri, maka dirasa perlu untuk menyusunnya ke dalam sebuah kitab yang utuh. Proses penyusunan ini disebut Kanonisasi.
Kanon adalah kata Yunani yang berasal dari kata qaneh (Ibrani) atau qanu (Babilonia) yang berarti *batang gelagah*. Pada perkembangan selanjutnya, kata ini berarti juga "tongkat pengukur" yang dipakai oleh tukang batu atau tukang kayu. Akhirnya, kata ini menjadi kiasan bagi "pedoman" atau "norma". [Bandingkan: Gal 6:16; 2 Kor 10:13, 15-16]
Dengan demikian, kanon Alkitab berarti daftar resmi semua kitab yang diakui oleh Gereja sebagai kitab yang diwahyukan Tuhan, dan setiap kitab yang termasuk di dalam daftar ini disebut kitab kanonik. Di lain pihak, kanon Alkitab juga mengandung pengertian bahwa semua kitab kanonik mempunyai sifat normatif yang bersifat mengikat untuk iman dan perilaku Gereja.
Adapun rintisan kanonisasi tersebut dapat ditelusuri dari Alkitab sendiri, misalnya Ul 4:13, 12:32; Yer 26:2; Ams 30:6; Pkh 3:14; 2 Ptr 3:15-16; Wahyu 22:6-8, 18-19.
2. KANON YUNANI (SEPTUAGINTA )
Pada jaman Yesus, belum ada sebuah kitab suci yang tersusun sebagaimana Alkitab sekarang. Pada masa itu, kitab suci yang digunakan adalah PL berbahasa Yunani yang disebut Septuaginta. Kitab ini dipakai oleh orang-orang Yahudi berbahasa Yunani, terutama yang hidup di luar Palestina.
Dinamakan Septuaginta (LXX = 70) karena diterjemahkan oleh 70 rabbi Yahudi dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani sekitar abad 3 SM sampai 2 SM. Mereka diperintahkan untuk menterjemahkan kitab-kitab yang bertarikh antara 1400 SM hingga 400 SM tersebut secara terpisah sehingga tidak bisa berkomunikasi satu sama lain. Hebatnya, terjemahan mereka persis sama sampai ke titik dan komanya!
Dalam kanon Yunani ini, kitab-kitab disusun ke dalam 4 kelompok sebagai berikut:
A. Taurat
1. Kejadian
2. Keluaran
3. Imamat
4. Bilangan
5. Ulangan
B. Kitab-Kitab Sejarah
* Sejarah Pertama: 6. Yosua, 7. Hakim-hakim, 8. Rut, 9. 1 Samuel, 10. 2 Samuel, 11. 1 Raja-raja, 12. 2 Raja-raja
* Sejarah Kedua: 13. 1 Tawarikh, 14. 2 Tawarikh, 15. Ezra, 16. Nehemia, 17. Ester
C. Sastra
18. Ayub, 19. Mazmur, 20. Amsal, 21. Pengkotbah, 22. Kidung Agung
D. Kitab-kitab Nubuat
* Nabi-nabi Besar: 23. Yesaya, 24. Yeremia, 25. Ratapan, 26. Yehezkiel, 27. Daniel
* Nabi-nabi Kecil: 28. Hosea, 29. Yoel, 30. Amos, 31. Obaja, 32. Yunus, 33. Mikha, 34. Nahum, 35. Habakuk, 36. Zefanya, 37. Hagai, 38. Zakharia, 39. Maleakhi
3. KANON YAHUDI
Orang Yahudi untuk pertama kalinya menetapkan kanon kitab suci mereka sekitar tahun 90 M sampai 100 M. Kanonisasi ini dilakukan oleh sekelompok rabbi dari aliran Farisi dari sebuah sekolah agama Yahudi di Yamnia, sebuah kota di Palestina yang terletak di sebelah Barat Yerusalem.
Kanonisasi Yahudi ini mengelompokkan kitab-kitab dengan cara yang berbeda dengan kanon Yunani dalam hal penghitungan dan pengelompokan kitab-kitabnya.
A. Taurat (Torah)
1. Kejadian
2. Keluaran
3. Imamat
4. Bilangan
5. Ulangan
B. Nabi-Nabi (Nevi'im)
Nabi-nabi Terdahulu: 6. Yosua, 7. Hakim-hakim, 8. Samuel, 9. Raja-raja Nabi-nabi Kemudian: 10. Yesaya, 11. Yeremia, 12. Yehezkiel,
13. Duabelas Nabi
C. Kitab-Kitab (Ketuvim)
14. Mazmur, 15. Amsal, 16. Ayub, 17. Kidung Agung, 18. Rut, 19. Ratapan, 20. Pengkotbah, 21. Ester, 22. Daniel, 23. Ezra-Nehemia, 24. Tawarikh
Kanon ini baru diterima oleh semua orang Yahudi sekitar akhir abad 2 M atau awal abad 3 M. Dengan demikian, ada 2 kanon yang berlaku pada saat itu, yakni kanon Yunani yang digunakan di Alexandria dan kanon Yahudi yang digunakan di Palestina.
4. VULGATA DAN DEUTEROKANONIKA
Pada abad 4 M disiapkan terjemahan Alkitab berbahasa Latin untuk memperbaharui terjemahan pada abad 2 M. Alkitab ini disebut Vulgata (Untuk Semua Orang).
Beberapa kitab PL dalam Vulgata memiliki kedudukan lebih rendah karena beberapa pemuka agama Kristen (yang biasa disebut sebagai Bapa Gereja) meragukan bahwa kitab-kitab tersebut adalah sabda Tuhan. Namun demikian, isi kitab-kitab yang bertarikh antara 400 SM hingga 100 SM tersebut dipandang baik sebagai referensi keagamaan dan perilaku manusia.
Kitab-kitab yang kemudian hari dikenal sebagai Deuterokanonika (Katholik) atau Apokripa (Protestan) tersebut adalah:
* 1 Esdras
* 2 Esdras
* Yudit
* Tambahan pada kitab Ester
* Kebijaksanaan Salomo
* Yesus bin Sirakh
* Barukh
* Surat dari Nabi Yeremia (kemudian menjadi bab 6 kitab Barukh)
* Tambahan pada kitab Daniel
* Doa Manase
* 1 Makabe
* 2 Makabe
Yosephus Flavius, sejarahwan Yahudi yang hidup antara tahun 30 M sampai 100 M menyebutkan bahwa mayoritas Yahudi mengakui 22 kitab sebagai kitab suci mereka. Flavius yang mengklaim hanya memakai buku-buku suci sebagai sumber tulisan-tulisannya ternyata juga menggunakan 1 Makabe dan tambahan pada kitab Ester.
Sedangkan sebuah tulisan Yahudi lain yang bernama 4 Esdras menyatakan bahwa jumlah kitab suci yang umum diterima oleh orang Yahudi berjumlah 24 buah.
Manuskrip PL paling lengkap yang tertua adalah Codex Babylonicus Petropolitanus (sekitar 1000 M), meskipun banyak bahan yang lebih awal lagi umurnya, seperti Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls).
5. KANON KATHOLIK
Keraguan atas kesahihan Deuterokanonika sebagai sabda Tuhan mendorong para uskup mengadakan konsili (semacam kongres) untuk menetapkan jumlah Alkitab secara definitif. Beberapa diantaranya adalah:
* Konsili gereja-gereja di Afrika Utara di Hippo (393 M), Kartago (397 M dan 419 M).
* Dekrit Paus Damasus saat Konsili Roma (382 M).
* Konsili umum sedunia di Firenze, Italia (1441 M).
Keputusan akhir penetapan kanon bagi agama Katholik baru diambil pada Konsili Trente melalui dekrit De Canonicis Scripturis (Tentang Kanon Alkitab) tertanggal 8 April 1546 sebagai tanggapan atas reformasi Protestan yang berawal pada tahun 1517. Dalam keputusan tersebut, Gereja Katholik mengakui 45 kitab PL dari Septuaginta dan 27 kitab Perjanjian Baru/PB.
Adapun kitab-kitab yang tidak dimasukkan ke dalam PL Katholik adalah: 1 Esdras, 2 Esdras, dan Doa Manase.
6. KANON PROTESTAN
Gereja-gereja Protestan menetapkan kanon Alkitab mereka melalui 3 dokumen yang lazim disebut:
* Confessio Gallicana (1559 M)
* Confessio Belgica (1561 M)
* Confessio Westminster (1648)
Mereka menerima ke 27 kitab PB sebagaimana diakui oleh gereja Katholik, tetapi tidak memasukkan kitab-kitab Deuterokanonika ke dalam PL-nya. Namun demikian, para reformer tidak pernah menyatakan bahwa Deuterokanonika tidaklah berguna. Bahkan Martin Luther menyatakan bahwa kitab-kitab tersebut bermanfaat dan baik untuk dibaca.
Di antara gereja-gereja Protestan, hanya Anglikan yang masih sering menggunakan Deuterokanonika. Dalam Artikel Anglikan VI dikatakan bahwa mereka membacanya sebagai contoh kehidupan dan petunjuk perilaku walau tidak menganggapnya sebagai doktrin resmi.
7. TERJEMAHAN ALKITAB
Alkitab sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia, seperti:
* Abad 2 M: Siria Suriah) dan Latin
* Abad 3 M: Koptik (Mesir)
* Abad 4 M: Etiopia, Gotik (Jerman Timur) dan Georgia (Kaukasus).
* Abad 5 M sampai 7M: Armenia, Nubia (Sudan), Arab
* Abad 8 M: Anglo Saxon (Inggris)
* Abad 9 M: Jerman, Slav, Frank
* Abad 12 M: Perancis
* Abad 13 M: Spanyol, Italia, Belanda, Polandia, Islandia
* Abad 14 M: Inggris, Persia (Iran), Ceko, Denmark
* Abad 17 M: Melayu
Hingga awal tahun 1999, Alkitab sudah diterjemahkan ke dalam sekitar 2200 bahasa, termasuk bahasa Esperanto.
GBU
Pusing boss riweh...ada ngak yang bisa hafal kitab itu semua
BalasHapusdihafal buat apa bos?
BalasHapusKanon kitab suci sdh ditetapkan dari awal oleh paus damasus 1 pada akhir anad ke 4, dan selanjutnya di konfirmasi pd konsili hippo dan kartage pd abad yg sama. Konsili trente pada abad 15 kembali mengkonfirmasi kanon yg sama.
BalasHapusTrimakasih postingannya...jd nambah pengetahuan... salam kenal senua๐๐
BalasHapusAlkitab bukan untuk dihafal ! Tetapi untuk dipelajari.
BalasHapusNamun kbenaran isinya haus difahami secara bertahap oleh orang yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru selamat ! Kpd. orang yang percaya Tuhan memberikan Roh Kudus; Roh itulah yg akan memberikan kepastian kebenaran Alkitab, serta aplikasinya dlm kehidupan konkrit masing2 orang oercaya !